Metode CINTA INDONESIA Sebagai Upaya Optimalisasi (GLS)
A. PENGANTAR
B. MASALAH
Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri 1 Semarapura Tengah sudah dilaksanakan oleh seluruh siswa. Setiap pagi, siswa secara bersama-sama melakukan kegiatan wajib baca selama 15 menit. Kegiatan ini dilaksanakan di halaman sekolah dari pukul 06.45-07.00 Wita dengan diawasi oleh kepala sekolah dan guru-guru. Dari pengamatan yang Penulis selaku wali kelas, siswa kelas VIC sangat antusias dalam melakukan kegiatan wajib baca 15 menit tersebut. Hal ini tampak dari situasi kegiatan membaca yang berjalan dengan tertib. Seluruh siswa berkonsentrasi membaca buku yang mereka bawa.
Namun, kegiatan wajib baca yang terlihat berjalan
dengan baik ini ternyata tidak menunjukkan peningkatan pemahaman siswa
terhadap isi bacaan. Hal ini terlihat ketika beberapa siswa diminta
untuk menceritakan isi buku, siswa tidak mampu untuk menceritakan dengan
baik dan benar.
Untuk mengetahui lebih jauh pemahaman siswa terhadap buku yang mereka baca, Penulis memberikan kuisioner kepada siswa kelas VIC yang berjumlah 35 orang siswa. Kuisoner tersebut berisikan lima pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut. (1) Apakah judul buku yang kamu baca? (2) Siapakah nama pengarang buku yang kamu baca? (3) Siapakah tokoh utama dari buku yang kamu baca? (4) Tuliskan secara singkat isi dari buku yang kamu baca! (5) Tuliskan pesan moral yang kamu peroleh setelah membaca buku tersebut!
Setelah melakukan analisis terhadap hasil kuisioner yang diberikan kepada siswa, Penulis memperoleh data seperti berikut.
C. PEMBAHASAN DAN SOLUSI
Untuk mengatasi permasalahan membaca yang terjadi di SD Negeri 1 Semarapura Tengah, penulis melakukan upaya perbaikan dengan menggunakan metode CINTA INDONESIA. Metode pembelajaran CINTA INDONESIA merupakan akronim dari CIptakaN, TAta, INstruksikan, Dampingi dan Observasi, MeNulis REsume, PresentaSI, Apresiasi. Metode ini merupakan modifikasi dari tahapan dan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah yang tertuang dalam Buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya dapat dijabarkan sebagai berikut.
Pertama, Ciptakan. Ciptakan yang dimaksud adalah menciptakan lingkungan yang kaya literasi di kelas, seperti perpustakaan kelas, dan pojok bacaan. Kedua, Tata. Buku bacaan pada perpustakaan kelas didominasi oleh cerita fiksi. Dipilihnya cerita fiksi, karena dilihat dari sudut pandang anak-anak umumnya dikaitkan dengan ajaran moral. Buku di tata sesuai dengan judul bacaan secara alfabet.
E. DAFTAR PUSTAKA
Kegiatan
pembelajaran di kelas harus memberdayakan potensi siswa untuk menguasai
kompetensi yang diharapkan. Keberhasilan belajar tidak dapat
dicerminkan dari kemampuan menghafal siswa. Artinya, belajar tidak hanya
menuntut siswa menghafal, melainkan dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk memahami esensi muatan pelajaran. Kemampuan memahami isi muatan
pelajaran sangat berkaitan erat dengan keterampilan siswa membaca.
Membaca
merupakan esensi tertua pada setiap muatan pelajaran. Di Indonesia,
keterampilan membaca siswa masih berada pada kategori rendah. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian oleh PIRLS (Progress in International
Reading Literacy Study) tahun 2011, yang menunjukkan bahwa Indonesia
berada pada peringkat ke-45 dari 48 negara peserta (Faizah, dkk: 2016).
Rendahnya kemampuan membaca siswa ini mendorong pemerintah untuk
menggalakan gerakan membaca di sekolah. Gerakan ini dikenal dengan
Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Salah satu wujud gerakan membaca ini
dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, salah satu kegiatan yang
dilakukan adalah membaca buku nonpelajaran selama 15 menit sebelum waktu
belajar dimulai.
Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) bertujuan mewujudkan sekolah yang warganya
memiliki kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara
cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,
menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Implementasi Gerakan Literasi
Sekolah yang tertuang pada Buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Dasar (Faizah, dkk:2016) mencakup tiga tahapan kegiatan yang
dapat dijabarkan sebagai berikut.
Tahap
pertama, Pembiasaan. Kegaiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi
1) membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai, 2) meata sarana dan
lingkungan kaya literasi, 3) menciptakan lingkungan kaya teks, 4)
memilih bacaan di SD, dan 5) pelibatan publik.
Tahap
kedua, Pengembangan. Tahapan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan. Langkah-langkah
pada tahapan ini meliputi: (1) membaca terpandu, (2) membaca bersama,
(3) aneka karya kreativitas seperti workbook, skill sheet (triarama,
easly slit book, one sheet book, flip flop book) (4) mari berdiskusi
tentang buku, (5) story-map outline.
Tahap
ketiga, Pembelajaran. Sebagai tahap terakhir, tahap pembelajaran
bertujuan meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran,
menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi: 1) penyediaan
pembelajaran terpadu berbasis literasi, 2) penataan kelas berbasis
literasi, 3) penggorganisaian material, 4) pelaksanaan literasi terpadu
sesuai dengan tema dan mata pelajaran, 5) pembuatan jadwal, 6) asesmen,
dan 7) konferensi literasi warga sekolah.
Ketiga
tahap gerakan literasi khususnya di sekolah dasar hendaknya
dilaksanakan secara rutin, terus menerus secara berkesinambungan guna
menciptakan budaya literasi di sekolah. Terciptanya budaya tentu
diawali adanya pembiasaan kepada siswa untuk membaca dan menulis pada
diri siswa.
B. MASALAH
Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri 1 Semarapura Tengah sudah dilaksanakan oleh seluruh siswa. Setiap pagi, siswa secara bersama-sama melakukan kegiatan wajib baca selama 15 menit. Kegiatan ini dilaksanakan di halaman sekolah dari pukul 06.45-07.00 Wita dengan diawasi oleh kepala sekolah dan guru-guru. Dari pengamatan yang Penulis selaku wali kelas, siswa kelas VIC sangat antusias dalam melakukan kegiatan wajib baca 15 menit tersebut. Hal ini tampak dari situasi kegiatan membaca yang berjalan dengan tertib. Seluruh siswa berkonsentrasi membaca buku yang mereka bawa.
Kegiatan wajib baca di pagi hari |
Untuk mengetahui lebih jauh pemahaman siswa terhadap buku yang mereka baca, Penulis memberikan kuisioner kepada siswa kelas VIC yang berjumlah 35 orang siswa. Kuisoner tersebut berisikan lima pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut. (1) Apakah judul buku yang kamu baca? (2) Siapakah nama pengarang buku yang kamu baca? (3) Siapakah tokoh utama dari buku yang kamu baca? (4) Tuliskan secara singkat isi dari buku yang kamu baca! (5) Tuliskan pesan moral yang kamu peroleh setelah membaca buku tersebut!
Setelah melakukan analisis terhadap hasil kuisioner yang diberikan kepada siswa, Penulis memperoleh data seperti berikut.
- Untuk pertanyaan pertama tentang judul buku yang dibaca, sebanyak 33 siswa menjawab dengan sempurna judul buku yang mereka baca dan dua siswa menjawab kurang sempurna judul buku yang mereka baca.
- Untuk pertanyaan kedua tentang nama pengarang buku, tidak satupun siswa yang mampu menjawab dengan benar nama pengarang dari buku yang mereka baca.
- Untuk pertanyaan ketiga tentang tokoh utama, hanya 12 siswa yang bisa menjawab dengan sempurna nama tokoh dari buku yang dibaca.
- Untuk suruhan menuliskan secara singkat isi buku, hanya 12 siswa yang bisa menuliskan isi cerita dari buku yang mereka baca. Sisanya tidak dapat menuliskan isi cerita dari buku yang dibaca.
- Untuk suruhan menuliskan pesan moral yang diperoleh, hanya 17 orang siswa yang mampu menuliskan pesan moral dari cerita yang dibaca.
C. PEMBAHASAN DAN SOLUSI
Untuk mengatasi permasalahan membaca yang terjadi di SD Negeri 1 Semarapura Tengah, penulis melakukan upaya perbaikan dengan menggunakan metode CINTA INDONESIA. Metode pembelajaran CINTA INDONESIA merupakan akronim dari CIptakaN, TAta, INstruksikan, Dampingi dan Observasi, MeNulis REsume, PresentaSI, Apresiasi. Metode ini merupakan modifikasi dari tahapan dan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah yang tertuang dalam Buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya dapat dijabarkan sebagai berikut.
Pertama, Ciptakan. Ciptakan yang dimaksud adalah menciptakan lingkungan yang kaya literasi di kelas, seperti perpustakaan kelas, dan pojok bacaan. Kedua, Tata. Buku bacaan pada perpustakaan kelas didominasi oleh cerita fiksi. Dipilihnya cerita fiksi, karena dilihat dari sudut pandang anak-anak umumnya dikaitkan dengan ajaran moral. Buku di tata sesuai dengan judul bacaan secara alfabet.
Perpustakaan kelas |
Ketiga,
Instruksikan. Pada kegiatan ini guru menginstruksikan siswa tentang
tujuan membaca buku. Pada tahap instruksi siswa diberikan dalam bentuk
lembar tugas yang mencakup lima pernyataan yaitu (1) Apakah judul buku
yang kamu baca? (2) Siapakah nama pengarang buku yang kamu baca? (3)
Siapakah tokoh utama dari buku yang kamu baca? (4) Tuliskan secara
singkat isi dari buku yang kamu baca! (5) Tuliskan pesan moral yang kamu
peroleh setelah membaca buku tersebut!
Guru memberikan intruksi |
Keempat,
Dampingi dan Observasi. Pendampingan dilakukan guru dengan tujuan
memberi arahan kepada siswa selama kegiatan. Sedangkan, observasi
membantu guru mengamati kegiatan siswa membaca dan menyelesaikan
instruksi guru.
Guru melakukan pendampingan dan observasi |
Kelima,
Menulis Resume. Menulis resume merupakan bagian dari instruksi tugas
yang diberikan guru. Hasil tulisan resume siswa merupakan indikator
pencapaian tujuan pembelajaran membaca. Resume siswa dapat dibuat dalam
bentu deskripsi ataupun gambar.
Siswa membuat resume secara deskriptif |
Siswa membuat resuma berupa gambar |
Keenam,
Presentasi. Setelah menulis resume, siswa mempresentasikan hasil karya
di depan kelas. Kegiatan ini melatih siswa untuk tampil percaya diri dan
keberanian menyampaikan pendapat.
Siswa mempresentasikan hasil kerja |
Ketujuh,
Apresiasi. Kegiatan apresiasi yang dilakukan adalah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memajang hasil karya terbaik di papan
pajangan kelas.
Hasil pekerjaan siswa yang dipajang |
Setelah
diterapakan metode CINTA INDONESIA dikelas VIC menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa memahami isi bacaan. Peningkatan kemampuan siswa
tercermin dari hasil refleksi dan tugas yang diselesaikan siswa pada
tahap instruksi. Pada pertanyaan pertama tentang judul buku yang dibaca,
terjadi peningkatan dari 33 siswa menjadi 35 siswa dapat menjawab judul
buku dengan benar. Pertanyaan kedua tentang nama pengarang, terjadi
peningkatan yang signifikan yaitu ke-35 siswa mampu menyebutkan nama
pengarang, padahal pada awal observasi tidak satupun siswa menjawab
dengan benar. Pertanyaan tentang tokoh utama, dari 12 siswa mengalamai
peningkatan menjadi 30 siswa yang mampu menyebutkan nama tokoh utama
cerita. Sedangkan pada tahap menulis isi singkat buku, 29 orang mampu
menulis resume cerita yang sebelumnya pada observasi awal hanya 12
siswa. Pada suruhan menulis pesan moral, dari 12 siswa mengalami
peningkatan menjadi 32 siswa mampu menuliskan pesan moral dengan benar.
Terjadinya
peningkatan ini disebabkan adanya perbaikan kualitas dalam kegiatan
membaca. Pada tahap “Ciptakan dan Tata”, siswa termotivasi untuk memulai
aktivitas membaca. Buku bacaan nonpelajaran, nonfiksi sangat membantu
menumbuhkan minta membaca. Hal ini didukung oleh pendapat Wahyono (2015)
bahwa “cerita fiksi pada hakikatnya mengandung suatu ajaran moral dan
di situlah letak moral utama ceritanya bahwa tokoh yang tidak baik mesti
dikalahkan dengan tokoh yang baik”. Pada kondisi ini harus menyampaikan
dengan hati-hati agar siswa memahami dan terbuka pikirannya untuk dapat
membedakan perbuatan baik dan tidak baik.
Selama
ini, siswa membaca hanya karena suruhan guru namun mereka tidak
mengetahui kegiatan apa yang harus dilakukan selama dan setelah membaca.
Dengan adanya tahap “Instruksikan”, siswa memiliki tujuan yang jelas
terhadap hasil yang harus dicapai setelah membaca. Kemudian dilanjutkan
dengan tahapan “Dampingi dan Observasi” siswa selama kegiatan membaca
membantu siswa memperoleh informasi menyelesaikan tugas sesuai
petunjuk.
Tahap
“Menulis Resume” merupakan tugas utama siswa untuk mencurahkan ide
mereka melalui tulisan secara deskripftif maupun gambar. Dengan adanya
pilihan cara menulis resume, siswa diberi kebebasan untuk memilih pola
yang mereka suka. Pada tahap ini muncul respon positif siswa untuk
“menggambar”. Penelitian oleh Sukarya (2010) menyatakan bahwa
”menggambar membelajarkan siswa untuk mencurahkan isi hatinya dalam
bentuk karya seni rupa”. Maka, tidaklah mengherankan jika siswa senang
ketika menulis resume melalui gambar bercerita.
Tahap
“Presentasi” memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaiakn hasil
karya mereka. Pada tahap ini juga diberikan penguatan berupa tepuk
tangan, ketika siswa memberi pertanyaan, dan menjawab. Dengan penguatan
terjadi interaksi antar siswa, siswa-guru yang menumbuhkan iklim
kondusif dan rasa saling ingin mengetahui isi cerita yang dibaca siswa.
Kegiatan penguatan memberikan dampak positif terhadap pelaksanaan
pembelajaran di kelas dan mengoptimalkan aktivitas membaca. Ini berarti
bahwa berbagai bentuk motivasi, seperti tepuk tangan membantu siswa
semakin aktif mengembangkan konsep-konsep agar dapat dipamahi dengan
baik.
Tahap
“Apresiasi” ini merupakan bentuk penghargaan kepada siswa yang mampu
menyelesaikan tugas dengan baik. Hasil karya yang dipajang pada papan
pajangan dapat memberikan kebanggan tersendiri bagi siswa, sehingga
mereka akan terus berkarya dengan lebih baik.
Penerapan
metode CINTA INDONESIA pada dasarnya menitikberatkan pada tugas yang
harus dilakukan siswa selama dan setelah membaca. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Nurhayana (2016) bahwa “keberhasilan peserta didik
dalam menguasai keterampilan memahami bacaan tidak lepas dari faktor
guru. Disadari bahwa ketika melaksanakan gerakan literasi sekolah, guru
hanya menyediakan bahan bacaan, dan tanpa memberikan tidak lanjut
langsung setelah siswa membaca. Sehingga, yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan disertai
dengan tindak lanjut”. Ini berarti bahwa pemberian tugas ketiaka membaca
sangatlah penting, karena membentuk pola belajar yang benar dan
terstruktur sehingga bermuara pada tercapainya hasil belajar yang
optimal.
Berdasarkan
hasil penerapan metode CINTA INDONESIA yang menunjukkan hasil optimal,
maka metode ini kemudian Penulis desiminasikan kepada guru di sekolah,
khususnya guru di kelas V. Selain desimanisasi di sekolah, penulis juga
menyampaikan hasil penelitian kepada kepala sekolah dan guru yang ada di
Gugus IV (Widyasemara) Kecamatan Klungkung pada saat kegiatan diklat
guru pembelajar. Respon postif disampaikan oleh peserta kegiatan.
D. KESIMPULAN DAN HARAPAN
Metode
CINTA INDONESIA mampu mengoptimalisasi gerakan literasi sekolah di
kelas VIC SD Negeri 1 Semarapura Tengah. Telah terjadi peningkatan siswa
dalam menjawab pertanyaan pada lembar tugas. Hal ini tercermin dari
peningkatan sebelum dan setelah penerapan metode CINTA INDONESIA. Pada
pertanyaan pertama tentang judul buku yang dibaca, terjadi peningkatan
dari 33 siswa menjadi 35 siswa dapat menjawab judul buku dengan benar.
Pertanyaan kedua tentang nama pengarang, terjadi peningkatan yang
signifikan yaitu ke-35 siswa mampu menyebutkan nama pengarang.
Pertanyaan tentang tokoh utama, dari 12 siswa mengalami peningkatan
menjadi 30 siswa yang mampu menyebutkan nama tokoh utama cerita.
Sedangkan pada tahap menulis isi singkat buku, 29 orang mampu menulis
resume cerita yang sebelumnya pada observasi awal hanya 12 siswa. Pada
suruhan menulis pesan moral, dari 12 siswa mengalami peningkatan menjadi
32 siswa mampu menuliskan pesan moral dengan benar.
Mengingat
pentingnya gerakan literasi sekolah dan keberhasilan metode CINTA
INDONESIA dalam upaya optimalisasi GLS maka harapan Penulis agar metode
ini dapat dijadikan alternatif guna mengoptimalisasi gerakan literasi
sekolah serta dapat memperluas wawasan tentang teori-teori yang
berkaitan dengan peningkatan keterampilan memahami bacaan pada siswa
khususnya sekolah dasar.
- Faizah, dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Kemdikbud.
- Nurhayana, E.T. 2016. Mengaktualisasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Dengan Model Pembelajaran Si DIA Untuk Meningkatkan Kecakapan Literasi Siswa Kelas VA SD Negeri 14 Pemecutan (Antologi Karya Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan). Jakarta: Badan pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud.
- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti Sukarya, Z, dkk. 2010. Pendidikan Seni. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional.
- Wahyono, T. 2015. Pengaruh Menyimak Cerita terhadap Kemampuan Bercerita Fiksi pada Anak. Makalah Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Indonesia 2015 ISSN: 2477‐636X hal.117:Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Post a Comment for "Metode CINTA INDONESIA Sebagai Upaya Optimalisasi (GLS) "