Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gerakan Literasi Sains Di Keluarga

Gerakan Literasi Sains Di Keluarga - Berikut ini merupakan materi lengkap tentang Gerakan Literasi Sains Di Keluarga. Yang dibahas dalam Gerakan Literasi Sains Di Keluarga ini meliputi Sasaran Gerakan Literasi Sains di Keluarga dan Strategi Gerakan Literasi Sains di Keluarga.

Gerakan Literasi Sains Di Keluarga



1. Sasaran Gerakan Literasi Sains di Masyarakat



  1. Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi sains yang dimiliki oleh setiap fasilitas publik;
  2. Meningkatnya frekuensi membaca bahan bacaan literasi sains setiap hari;
  3. Meningkatnya jumlah bahan bacaan literasi sains yang dibaca oleh masyarakat setiap hari;
  4. Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan bahan bacaan;
  5. Meningkatnya jumlah fasilitas publik yang mendukung literasi sains;
  6. Meningkatnya jumlah kegiatan literasi sains yang ada di masyarakat;
  7. Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan literasi sains;
  8. Meningkatnya penggunaan data sains dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada masyarakat;
  9. Meningkatnya jumlah komunitas sains yang aktif di setiap daerah;
  10. Meningkatnya jumlah pelatihan literasi sains yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat;
  11. Meningkatnya indeks kualitas lingkungan hidup (contoh: air, udara, dan tanah); dan
  12. Meningkatnya jumlah pelatihan literasi sains yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat.


2. Strategi Gerakan Literasi Sains di Masyarakat


Literasi sains di masyarakat tidak jauh berbeda dengan literasi sains di keluarga, yaitu upaya peningkatan pengetahuan tentang berbagai dasar literasi sains, termasuk kemampuan untuk mengaplikasikan sains dasar dalam kehidupan bermasyarakat sehingga bermanfaat untuk kehidupan yang lebih baik.

2.1 Penguatan Kapasitas Fasilitator


  1. Menjaring pelaku literasi melalui kampanye literasi sains dalam bentuk infografis, videografis, leaflet, dan tayangan iklan masyarakat pada media massa. Materi kampanye ini dapat mencakup manfaat penting sains pada kehidupan seharihari, alternatif kegiatan sains yang relevan dengan kegiatan masyarakat, dengan profesi/dari kalangan tertentu, dan lainlain. Kampanye literasi sains dapat dilakukan oleh lembaga pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau pelaku BUMN dan DUDI.
  2. Melakukan kegiatan dalam membangun kesadartahuan akan sains (contoh: kegiatan pengenalan sains kepada anak dalam bentuk seminar, lokakarya (workshop), dan kegiatan mengajarkan literasi sains kepada ibu-ibu PKK). Kegiatankegiatan membangun pemahaman sains dari masyarakat akan berdampak pada pemahaman anggota keluarga.
  3. Tersedianya modul-modul pelatihan dan penyuluhan berbasis sains untuk berbagai kalangan profesi dan elemen masyarakat. Modul-modul pelatihan dapat dibuat oleh lembaga pemerintahan, komunitas profesi yang relevan, perguruan tinggi, atau pelaku BUMN dan DUDI dengan tugas dan fungsi yang relevan.
  4. Terselenggaranya pelatihan penulis, kelompok kerja guru, dan pegiat literasi untuk membuat bahan bacaan berbasis sains. Pelatihan ini dapat diselenggarakan oleh komunitas penulis, perguruan tinggi, atau penerbit buku.
  5. Terselenggaranya pelatihan oleh komunitas penulis, penerbit, dan perguruan tinggi untuk pegiat literasi yang bergiat dalam PKBM dan TBM dalam membuat bahan bacaan bermuatan sains dan menciptakan kegiatan-kegiatan berbasis sains untuk anggota masyarakat yang didampingi.
  6. Pelatihan staf perpustakaan desa oleh lembaga pemerintah, pelaku bisnis, dan perguruan tinggi untuk menciptakan kegiatankegiatan berbasis sains yang relevan dengan kebutuhan masyarakat desa.
  7. Pelatihan staf kantor pemerintahan, seperti kantor kelurahan dan kecamatan, dan kantor pelayanan kesehatan, seperti puskesmas, oleh lembaga pemerintah, pelaku bisnis, dan perguruan tinggi untuk dapat menyajikan informasi publik tentang literasi sains secara menarik dan efektif.
  8. Pelatihan anggota masyarakat yang bergiat dan berhimpun dalam perkumpulan, seperti kelompok arisan, posyandu, kelompok pengusaha kecil dan menengah, dan kelompok buruh oleh lembaga pemerintah, pelaku bisnis, dan perguruan tinggi. Materi kegiatan berbasis sains yang relevan dengan kegiatan dan kebutuhan mereka. 

2.2 Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu 


  1. Penyediaan bahan bacaan dan sumber belajar sains di masyarakat melalui kerja sama dengan berbagai pihak. Semua warga masyarakat bertanggung jawab untuk menyokong kesuksesan literasi.
  2. Pemberdayaan museum-museum dan wahana belajar sains di sekitar, seperti rumah pintar dan museum bahari. Masyarakat perlu meningkatkan jumlah dan kualitas kunjungan ke tempat-tempat tersebut agar dapat menggali manfaat dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapannya tentang sains.
  3. Pemberdayaan komunitas-komunitas kerja sebagai sumber belajar, seperti komunitas nelayan, petani, dan penenun. Komunitas yang ada di masyarakat juga dapat berperan serta dalam membangun budaya literasi, yaitu dengan gencar melakukan kegiatan-kegiatan yang mereka tekuni bersama masyarakat luas.
  4. Pelibatan berbagai LSM sebagai sumber belajar. LSM hendaknya berkegiatan bersama masyarakat dari berbagai lapisan dan memberikan kontribusi dalam pembudayaan literasi.
  5. Sosialisasi sumber-sumber belajar daring tentang literasi sains sebagai inspirasi kegiatan berbasis sains. Sumber belajar daring dibutuhkan untuk memperkaya beragam bahan bacaan tentang literasi sains dan dapat diakses dengan mudah.
  6. Penerjemahan bahan penunjang literasi sains. Bahan-bahan penunjang literasi sains sebagian besar menggunakan bahasa asing sehingga perlu diterjemahkan agar semua keluarga dapat mengaksesnya dengan mudah.


2.3 Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar


  1. Peningkatan jumlah fasilitas publik bertema sains. Fasilitas publik yang bertema sains mendekatkan dan menata pola pikir masyarakat agar lebih dekat dengan sains secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Adanya muatan sains dalam kegiatan-kegiatan rutin di masyarakat, misalnya, kebiasaan menanam dan merawat tumbuhan di lingkungan sekitar, membudidayakan tumbuhantumbuhan yang bermanfaat, dan melestarikan tumbuhan khas daerah.
  3. Peningkatan akses masyarakat terhadap pusat sumber belajar, seperti PBKM, TBM, dan perpustakaan desa. Pusat sumber belajar ini terus didorong untuk bersikap proaktif mendekatkan bahan bacaan, terutama yang bermuatan sains, kepada masyarakat. Misalnya, menggelar bahan bacaan pada hari bebas kendaraan bermotor (car free day), musyawarah desa, dan kegiatan-kegiatan lain.
  4. Penyediaan bahan bacaan sains dan permainan (board games) di ruang pelayanan publik, seperti puskesmas, klinik, kantor kelurahan, kecamatan, dan kantor dinas kependudukan.
  5. Penyediaan pojok baca yang berisi bahan bacaan sains di fasilitas publik. Bahan bacaan yang menarik yang dipajang pada pojok baca dapat memancing ketertarikan masyarakat untuk membaca.
  6. Kampanye literasi sains di masyarakat melalui media massa dan media sosial. Kampanye dilakukan untuk memperkenalkan dan menyosialisasikan pentingnya literasi sains agar semakin banyak pihak yang terlibat.

2.4 Peningkatan Pelibatan Publik



  1. Pelibatan BUMN dan DUDI untuk meningkatkan jumlah sumber belajar bermuatan sains. Misalnya, memberikan inspirasi kepada penerbit buku untuk memproduksi buku-buku cerita menarik bertema sains; meminta CSR perusahaan untuk mendukung pembuatan fasilitas umum dan fasilitas sosial bertema sains serta sarana informasi untuk menyampaikan data numerik untuk pelayanan publik.
  2. Peningkatan partisipasi BUMN dan DUDI untuk mendukung kegiatan literasi, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan taman, fasilitas umum/sosial, dan museum sains yang memasukkan elemen sains, serta sarana untuk meningkatkan kesadarpahaman serta kecakapan sains publik.
  3. Pelibatan perguruan tinggi dalam program-program penelitian dan pengabdian masyarakat untuk meningkatkan jumlah sarana dan fasilitas pendukung bermuatan sains, serta untuk mengembangkan kesadaran dan kecakapan sains masyarakat.
  4. Pelibatan pelaku bisnis dalam pembuatan materi edukasi di media cetak, layar kaca, misalnya, dalam bentuk program televisi untuk anak, remaja, dan orang dewasa yang bermuatan sains.
  5. Pelibatan pelaku bisnis untuk melibatkan muatan sains dalam kegiatan penyuluhan publik. Materi kampanye ini disediakan di tempat yang mudah diakses publik, misalnya, apotek, puskesmas, dan koperasi.


2.5 Penguatan Tata Kelola


  1. Pengintegrasian kegiatan masyarakat dengan berbagai kegiatan literasi sains. Penyelenggaraan kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan literasi dapat memberikan manfaat ganda.
  2. Pengalokasian anggaran khusus dalam dana desa dan dana pendampingan masyarakat untuk pengembangan materi, bahan bacaan, dan kegiatan masyarakat berbasis dan bermuatan sains. Masyarakat perlu berperan serta dalam mengawal penggunaan dana desa yang digunakan dalam setiap kegiatan.
  3. Penguatan jaringan dan kerja sama antarunsur pusat belajar dalam masyarakat, misalnya, PKBM, TBM, perpustakaan daerah, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), institusi pemerintahan lain, universitas, serta institusi pendidikan lain dalam masyarakat.
  4. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan fasilitas umum yang terkait dengan literasi sains, seperti taman baca, museum, dan taman kota. Fasilitas umum dibangun untuk kenyamanan masyarakat. Selayaknya masyarakat juga terlibat aktif dalam pengelolaan dan pemeliharaannya sebagai bentuk partisipasi.
  5. Peningkatan kapasitas pegiat literasi, staf pemerintahan, dan anggota masyarakat dalam pengelolaan dana, perencanaan kegiatan literasi sains secara baik dan efektif, dan pengawasan penggunaan dana fasilitas publik untuk kegiatan-kegiatan literasi sains yang langsung dirasakan manfaatnya oleh warga.

Demikianlah postingan Gerakan Literasi Sains Di Keluarga
Putra-Astawa
Putra-Astawa I Gusti Lanang Gede Putra Astawa, SD Negeri 1 Semarapura Tengah Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung Provinsi Bali

Post a Comment for "Gerakan Literasi Sains Di Keluarga"